1. Keraton Kasunanan Surakarta
Keraton Kasunanan Surakarta |
Keraton
Surakarta mempunyai daya
tarik wisata berupa bangunan istana yang kondisinya masih sangat baik
serta
pada hari-hari tertentu masing sering dilaksanakan berbagai macam
upacara tradisional yang dibuka secara umum, seperti Kirab Pusaka,
Grebeg Maulud, Malam Selikuran, dan sebagainya.
Selain itu, terdapat pula sebuah museum yang memamerkan berbagai macam koleksi
benda-benda seni dan pusaka keraton seperti koleksi arca, foto-foto raja
terdahulu, replika berbagai macam upacara adat, koleksi kereta kencana, dan
sebagainya.
2. Istana Mangkunegaran
Pendopo Ageng Istana Mangkunegaran |
Istana Mangkunegaran resmi dibuka untuk obyek wisata budaya di Surakarta pada tahun 1986. Daya tarik wisata Mangkunegaran hampir sama dengan Kasunanan yaitu berupa bangunan istana, beberapa koleksi-koleksi topeng dan foto-foto raja beserta keluarga, serta berbagai macam upacara adat.
Pracimayasa di Istana Mangkunegara |
3. Pasar Klewer
Pasar Klewer |
Pasar ini terletak di sebelah selatan Masjid Agung Surakarta. Produk-produk
yang dijual di Pasar Klewer antara lain : batik dan lurik, korden dan
perangkatnya, pakaian (kaos, buasana muslim, dll), perlengkapan sholat,
peralatan jahit, mannequin, aksesoris
rias pengantin, tas, sepatu, sandal, aneka mainan anak, perhiasan, makanan
tradisional, kaca mata, dan sebagainya. Produk-produk yang ditawarkan tersebut
sebagian besar berasal dari Kota Surakarta sendiri, namun ada pula yang berasal
dari luar kota.
Pasar Klewer |
Kondisi Pasar Klewer saat ini sudah
lebih baik dan lebih tertata, meskipun masih sering terjadi masalah kemacetan
lalu lintas pada jam-jam sibuk. Namun dari segi sarana prasarana pasar sudah
sangat mencukupi. Hal ini terlihat dari penataan barang dagangan sudah dalam
kios dan lebih rapi, lantainyapun keramik dan jauh dari kesan becek, kondisi
MCK yang memadai, area parkir yang luas di sekeliling pasar. Selain itu, di
sekitar pasar juga mudah ditemui tempat-tempat makanan yang sangat bervariasi,
dekat dengan tempat beribadah (Masjid Agung), bahkan beberapa los dipergunakan
untuk perbankan dan dekat dengan lokasi money
changer sehingga memudahkan para pengunjung apabila membutuhkan penukaran uang atau pengambilan uang.
4. Pasar Windujenar
Pasar Barang Antik Windujenar |
Pasar Windujenar semula bernama Pasar Triwindu, karena
pasar ini dulunya hanya ada setiap triwindu atau tiga windu sekali. Bila satu
windu adalah 8 tahun, berarti total Pasar Triwindu hanya dibuka setiap 24 tahun
sekali. Pasar Triwindu dibangun pada tahun 1949 sebagai hadiah ulang tahun ke
24 Gusti Putri Mangkunegara VII yang bernama Nurul Khamaril. Selanjutnya
Pemerintah Kota menyebutnya Pasar Windujenar, namun demikian nama Triwindu
malah lebih dikenal oleh masyarakat lokal maupun mancanegara.
Beberapa barang antik yang diperjualbelikan di pasar
terebut antara lain onderdil sepeda motor atau mobil, lampu-lampu gantung,
patung-patung perunggu Eropa, keramik dari Cina dan Eropa, kain batik klasik,
patung, topeng, senapan, alat musik, alat komunikasi lampau, uang koin dan
pecahan uang kertas lama, dan barang-barang klasik lainnya.
Pasar yang terletak tepat diseberang Istana
Mangkunegarn ini mulai beroperasi dari pukul 09:00 hingga 18:00 WIB. Kodisi
pasarnya sangat rapid an tidak kumuh. Bangunannya sangat tradisional dan antik
sehingga sangat sesuai dengan tema pasar itu sendiri. Fasilitasnya juga cukup
lengkap terdapat lahan parkir, toilet, rumah makan, dan sebagainya.
5. Pasar Gede
Pasar Gede dibangun pada tahun 1928, pada masa pemerintahan
PB X. Pasar tersebut diberi nama Pasar Gede sebab merupakan pasar terbesar dan
termegah, terdiri dari 2 lantai. Semula Pasar Gede bernama Pasar Gedhe
Hardjonagoro, yang diambil dari nama cucu kepala Pasar Gedhe masa itu (1930)
yaitu Gi Tik Wan. Go Tik Wan adalah seorang keturunan Tionghoa yang mendapat
gelar KRT Hardjonagoro dari Kasunanan.
Pasar Gede menyuguhkan berbagai macam produk perdagangan sebagai daya
tarik wisatanya. Terhitung ada sebanyak 108 kios dan 633 los yang memasarkan
berbagai macam barang-barang seperti ikan laut, daging babi, daging sapi, ayam goreng, ayam
potong, pakaian, sayuran, oleh-oleh khas Solo, serta grosir buah.
Pasar Gede telah dilengkapi berbagai macam fasilitas berupa
MCK, pos keamanan, pos pelayanan kesehatan,
tempat parkir, terdapat warung-warung makan yang menjual berbagai macam
makanan, dekat dengan bank, dan sebagainya. Lokasi pasar juga sangat mudah
dijangkau. Kondisi jalan yang sangat baik serta banyaknya jumlah kendaraan umum
yang beroperasi memudahkan wisatawan untuk berkunung ke pasar tersebut.
6. Taman Sriwedari
Taman Sriwedari dibangun pada tahun 1901 atas keinginan
Sunan PB X. Keinginan tersebut muncul setelah beliau berkunjung ke Kebun Raya
Bogor di Jawa Barat. Merasa tertarik, kemudian beliau mengutus Patih Sosrodiningratan
untuk membuat taman yang serupa dengan Kebun Raya Bogor. Kemudian Patih mencari
lokasi yang tepat untuk pembangunan taman tersebut dan dipilihlah tanah
Kadipolo yang dahulu merupakan salah satu lokasi pilihan untuk pembangunan
Keraton Kasunanan Surakarta. Pada saat itu, lokasi tersebut merupakan lahan
kosong yang sangat luas, sehingga dirasa sangat cocok untuk pembangunan taman.
Sebelum dibangun Taman Sriwedari, daerah tersebut merupakan milik seseorang
yang berkebangsaan Belanda yaitu Yohanes Van Buselaar yang bertempat tinggal di
sebelah timur taman tersebut yang sekarang menjadi Museum Radya Pustaka.
Gedung Kesenian Solo |
Gedung Wayang Orang Sriwedari |
THR Sriwedari |
7. Taman Balekambang
Taman Balekambang
didirikan oleh KGPAA Mangkunegara VII pada tanggal 26 Oktober 1921.
Taman ini dibangun sebagai bukti kasih sayang beliau terhadap putrinya, oleh
sebab itu dulunya tempat ini dibagi menjadi 2 serta diberi nama Partini Tuin
(taman air Partini) dan Partinah Bosh (hutan kota Partinah) yang diambil dari
nama kedua putrinya, Partini dan Partinah. Di tempat ini terdapat sebuah
bangunan tua atau biasa disebut dengan balai yang letak bangunannya ditepi
kolam Partini serta sedikit menjorok sehingga membuat bangunan ini seolah-olah
mengapung dipinggir kolam atau dalam bahasa Jawa disebut Kemambang. Maka dari
itu tempat ini juga dikenal sebagai Balekambang yang artinya rumah mengapung.
Terdapat lebih dari 600 pohon dengan berbagai macam jenis
antara lain pohon cendana, kenari, apel, bludru, dan lain-lain. Di tempat ini
juga bisa ditemukan beberapa jenis hewan yaitu rusa, angsa, burung merpati, burung
hantu, kangguru, dan ikan. Taman Balekambang juga dilengkapi dengan dengan
permainan outbond seperti flying fox, cargo net, dan
sebagainya. Di tempat ini juga masih sering mengadakan pertunjukan ketoprak
pada hari-hari tertentu, tariff yang dikenai untuk menikmati pertunjukkan tersebut
sangat terjangkau yaitu antara Rp 5.000,00 hingga Rp 15.000,00. Fasilitas
wisatanya juga cukup lengkap sudah terdapat tempat ibadah, lahan parkir, area free hotspot, dan sebagainya.
Aksesibilitas menuju tempat ini cukup baik, hanya saja belum terdapat
transportasi umum hingga lokasi ini.
Kolam di Dalam Area Taman Balekambang |
8. Monumen Pers Nasional
Gedung yang sarat dengan sejarah ini sangat cocok untuk
wisata edukasi, sebab di tempat ini menyimpan lebih dari satu juta eksemplar
sampel media cetak yang terbit dari seluruh Indonesi sejak jaman penjajahan
Belanda hingga saat ini didokumentasikan, dikonservasi, dan disajikan kepada
pengunjung di Monumen Pers Nasional. Beberapa jenis Koran dan majalah kuno yang
cukup menarik dan tersimpan di sini antara lain Cahaya Hindia (1913), Panorama
(1917), Soeloeh Ra’jat Indonesia (1932), Fikiran Ra’jat, Djawa Baroe (1944),
dan Skets Masa (1966).
Koleksi Media Cetak |
9. Museum Radya Pustaka
Obyek wisata Museum Radya Pustaka terletak di Jalan Slamet
Riyadi No. 275, Surakarta. Museum semula bertempat di kediaman Patih Dalem
Kasunanan yaitu Patih Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV namun kemudian pada
tanggal 1 Januari 1913 museum tersebut dipindah ke Loji Kadipolo yang semula
milik seorang warga Belanda bernama Yohanes Buselaar yang kemudian dibeli oleh
PB X pada tahun 1912.
Museum Radya Pustaka terdiri sekitar 11 ruang pamer yang
didalamnya memamerkan beragai macam benda-benda kuno bersejarah milik Keraton
Kasunanan Surakarta. Benda-benda tersebut antara lain koleksi wayang
tradisional hingga mancanegara, koleksi arca, koleksi barang-barang keramik,
koleksi keris dan tosan aji, dan beberapa barang-barang hadiah dari kerabat
Kasunanan. Di museum tersebut juga dilengkapi dengan ruang perpustakaan yang
menyimpan berbagai naskah kuno seperti babad Jawa ataupun kerajaan lain di
Indonesia, beberapa buku karangan pujangga zaman dahulu, serta ada pula
beberapa buku berbahasa asing yaitu Belanda, Perancis, dan Inggris.
Koleksi Arca di Musium Radya Pusta |
Koleksi Wayang di Musium Radya Pusta |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar