Jumat, 07 Desember 2012

Wisata Surakarta (wisata budaya)

1. Keraton Kasunanan Surakarta

Keraton Kasunanan Surakarta
Keraton Kasunanan Surakarta dibangun pada tanggal 20 Februari 1745. Semula berada di Kartasura, namun karena keraton mengalami kerusakan akibat adanya pemberontakan kaum Cina, maka lokasi keraton dipindah di Desa Sala yaitu sebuah desa yang terletak di pinggir Bengawan Solo. Desa tersebut dipilih sebagai lokasi pendirian keraton yang baru sebab dipercaya kerajaan akan menjadi besar, panjang umur, aman, dan makmur, tidak ada perang dan berwibawa.

Keraton Surakarta mempunyai daya tarik wisata berupa bangunan istana yang kondisinya masih sangat baik serta pada hari-hari tertentu masing sering dilaksanakan berbagai macam upacara tradisional yang dibuka secara umum, seperti Kirab Pusaka, Grebeg Maulud, Malam Selikuran, dan sebagainya. Selain itu, terdapat pula sebuah museum yang memamerkan berbagai macam koleksi 


benda-benda seni dan pusaka keraton seperti koleksi arca, foto-foto raja terdahulu, replika berbagai macam upacara adat, koleksi kereta kencana, dan sebagainya.

2. Istana Mangkunegaran


Pendopo Ageng Istana Mangkunegaran
Istana Mangkunegaran merupakan perpecahan dari Keraton Kasunanan Surakarta. Pada saat Raden Mas Said (KGPAA Mangkunegaran I) melakukan pemberontakan terhadap Kasunanan, PB III (yang saat itu berkuasa) memberikan sebagian wilayahnya kepada Raden Mas Said guna meredam segala pemberontakan yang beliau lakukan serta memberikan hak kepada beliau untuk mendirikan pasukan sendiri dan memberinya gelar Mangkunegara I.


Istana Mangkunegaran resmi dibuka untuk obyek wisata budaya di Surakarta pada tahun 1986. Daya tarik wisata Mangkunegaran hampir sama dengan Kasunanan yaitu berupa bangunan istana, beberapa koleksi-koleksi topeng dan foto-foto raja beserta keluarga, serta berbagai macam upacara adat.


Pracimayasa di Istana Mangkunegara
Fasilitas yang terdapat di lokasi wisata ini sudah lengkap yaitu antara lain masjid, lahan parkir yang luas, kamar mandi, dsb. Lokasinya obyek wisata berada di pusat kota serta kondisi jalan dan sarana transportasi yang sangat baik, sehingga memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut.

3. Pasar Klewer

Pasar Klewer
Pasar Klewer merupakan salah satu pasar tradisional yang terkenal di Kota Surakarta. Pasar tersebut tidak hanya terkenal menjual produk dengan harga miring, tetapi juga sebagai pusat penjualan batik yang merupakan salah satu identitas Kota Surakarta. Disebut Pasar Klewer sebab pada zaman dahulu para penjual memasarkan barang dagangannya yang berupa kain dengan cara digantungkan ke pundaknya atau lengannya. Sehingga kain-kain tersebut tampak menjuntai ke bawah, tidak beraturan. Kemudian orang-orang menyebutnya pating klewer. Berhubung pasar tersebut belum mempunyai nama, maka disebutlah Pasar Klewer.

Pasar ini terletak di sebelah selatan Masjid Agung Surakarta. Produk-produk yang dijual di Pasar Klewer antara lain : batik dan lurik, korden dan perangkatnya, pakaian (kaos, buasana muslim, dll), perlengkapan sholat, peralatan jahit, mannequin, aksesoris rias pengantin, tas, sepatu, sandal, aneka mainan anak, perhiasan, makanan tradisional, kaca mata, dan sebagainya. Produk-produk yang ditawarkan tersebut sebagian besar berasal dari Kota Surakarta sendiri, namun ada pula yang berasal dari luar kota.


Pasar Klewer
Kondisi Pasar Klewer saat ini sudah lebih baik dan lebih tertata, meskipun masih sering terjadi masalah kemacetan lalu lintas pada jam-jam sibuk. Namun dari segi sarana prasarana pasar sudah sangat mencukupi. Hal ini terlihat dari penataan barang dagangan sudah dalam kios dan lebih rapi, lantainyapun keramik dan jauh dari kesan becek, kondisi MCK yang memadai, area parkir yang luas di sekeliling pasar. Selain itu, di sekitar pasar juga mudah ditemui tempat-tempat makanan yang sangat bervariasi, dekat dengan tempat beribadah (Masjid Agung), bahkan beberapa los dipergunakan untuk perbankan dan dekat dengan lokasi money changer sehingga memudahkan para pengunjung apabila membutuhkan  penukaran uang atau pengambilan uang.


4. Pasar Windujenar
 
Pasar Barang Antik Windujenar
Pasar Windujenar adalah sebuah pasar yang memperjualbelikan barang-barang antik, onderdil, serta barang-barang klitikan atau barang-barang bekas. Terletak di Jalan Diponegoro, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, tepatnya berada di sebelah selatan atau di depan Istana Mangkunegaran.

Pasar Windujenar semula bernama Pasar Triwindu, karena pasar ini dulunya hanya ada setiap triwindu atau tiga windu sekali. Bila satu windu adalah 8 tahun, berarti total Pasar Triwindu hanya dibuka setiap 24 tahun sekali. Pasar Triwindu dibangun pada tahun 1949 sebagai hadiah ulang tahun ke 24 Gusti Putri Mangkunegara VII yang bernama Nurul Khamaril. Selanjutnya Pemerintah Kota menyebutnya Pasar Windujenar, namun demikian nama Triwindu malah lebih dikenal oleh masyarakat lokal maupun mancanegara.

Beberapa barang antik yang diperjualbelikan di pasar terebut antara lain onderdil sepeda motor atau mobil, lampu-lampu gantung, patung-patung perunggu Eropa, keramik dari Cina dan Eropa, kain batik klasik, patung, topeng, senapan, alat musik, alat komunikasi lampau, uang koin dan pecahan uang kertas lama, dan barang-barang klasik lainnya.


Pasar yang terletak tepat diseberang Istana Mangkunegarn ini mulai beroperasi dari pukul 09:00 hingga 18:00 WIB. Kodisi pasarnya sangat rapid an tidak kumuh. Bangunannya sangat tradisional dan antik sehingga sangat sesuai dengan tema pasar itu sendiri. Fasilitasnya juga cukup lengkap terdapat lahan parkir, toilet, rumah makan, dan sebagainya.

5. Pasar Gede

Pasar Gede dibangun pada tahun 1928, pada masa pemerintahan PB X. Pasar tersebut diberi nama Pasar Gede sebab merupakan pasar terbesar dan termegah, terdiri dari 2 lantai. Semula Pasar Gede bernama Pasar Gedhe Hardjonagoro, yang diambil dari nama cucu kepala Pasar Gedhe masa itu (1930) yaitu Gi Tik Wan. Go Tik Wan adalah seorang keturunan Tionghoa yang mendapat gelar KRT Hardjonagoro dari Kasunanan.

Pasar Gede menyuguhkan berbagai macam produk perdagangan sebagai daya tarik wisatanya. Terhitung ada sebanyak 108 kios dan 633 los yang memasarkan berbagai macam barang-barang seperti ikan laut, daging babi, daging sapi, ayam goreng, ayam potong, pakaian, sayuran, oleh-oleh khas Solo, serta grosir buah.

Pasar Gede telah dilengkapi berbagai macam fasilitas berupa MCK, pos keamanan, pos pelayanan kesehatan, tempat parkir, terdapat warung-warung makan yang menjual berbagai macam makanan, dekat dengan bank, dan sebagainya. Lokasi pasar juga sangat mudah dijangkau. Kondisi jalan yang sangat baik serta banyaknya jumlah kendaraan umum yang beroperasi memudahkan wisatawan untuk berkunung ke pasar tersebut.

6. Taman Sriwedari


Taman Sriwedari dibangun pada tahun 1901 atas keinginan Sunan PB X. Keinginan tersebut muncul setelah beliau berkunjung ke Kebun Raya Bogor di Jawa Barat. Merasa tertarik, kemudian beliau mengutus Patih Sosrodiningratan untuk membuat taman yang serupa dengan Kebun Raya Bogor. Kemudian Patih mencari lokasi yang tepat untuk pembangunan taman tersebut dan dipilihlah tanah Kadipolo yang dahulu merupakan salah satu lokasi pilihan untuk pembangunan Keraton Kasunanan Surakarta. Pada saat itu, lokasi tersebut merupakan lahan kosong yang sangat luas, sehingga dirasa sangat cocok untuk pembangunan taman. Sebelum dibangun Taman Sriwedari, daerah tersebut merupakan milik seseorang yang berkebangsaan Belanda yaitu Yohanes Van Buselaar yang bertempat tinggal di sebelah timur taman tersebut yang sekarang menjadi Museum Radya Pustaka.

Gedung Kesenian Solo
Taman Sriwedari dilengkapi dengan Gedung Wayang Orang Sriwedari yang setiap hari Selasa hingga Sabtu digunakan sebagai tempat pertunjukan wyang orang. Adapula sebuah Gedung Kesenian Solo yang kerap kali di adakan berbagai macam kegiatan seperti pemutaran film, festival film, dan lain sebagainya. Tepat berada di samping Gedung Kesenian Solo terdapat sebuah kolam kecil. Kolam ini hingga sekarang masih menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa wisatawan, terutama wisatawan lokal sering melakukan aktivitas memancing di kolam mini ataupun hanya mengobrol di sekitar kolam saja. Serta terdapat pula THR Sriwedari, yang di dalamnya terdapat berbagai macam hiburan yang sangat diminati oleh berbagai kalangan usia. Beragam hiburan seperti Mini Coaster, Kamar Bola, Mobil Senggol, Rumah Hantu, atau bahkan menikmati sajian aksi panggung penyanyi Solo tersedia di sini.

Gedung Wayang Orang Sriwedari
THR Sriwedari
 
7. Taman Balekambang


Taman Balekambang didirikan oleh KGPAA Mangkunegara VII pada tanggal 26 Oktober 1921. Taman ini dibangun sebagai bukti kasih sayang beliau terhadap putrinya, oleh sebab itu dulunya tempat ini dibagi menjadi 2 serta diberi nama Partini Tuin (taman air Partini) dan Partinah Bosh (hutan kota Partinah) yang diambil dari nama kedua putrinya, Partini dan Partinah. Di tempat ini terdapat sebuah bangunan tua atau biasa disebut dengan balai yang letak bangunannya ditepi kolam Partini serta sedikit menjorok sehingga membuat bangunan ini seolah-olah mengapung dipinggir kolam atau dalam bahasa Jawa disebut Kemambang. Maka dari itu tempat ini juga dikenal sebagai Balekambang yang artinya rumah mengapung.

Terdapat lebih dari 600 pohon dengan berbagai macam jenis antara lain pohon cendana, kenari, apel, bludru, dan lain-lain. Di tempat ini juga bisa ditemukan beberapa jenis hewan yaitu rusa, angsa, burung merpati, burung hantu, kangguru, dan ikan. Taman Balekambang juga dilengkapi dengan dengan permainan outbond seperti flying fox, cargo net, dan sebagainya. Di tempat ini juga masih sering mengadakan pertunjukan ketoprak pada hari-hari tertentu, tariff yang dikenai untuk menikmati pertunjukkan tersebut sangat terjangkau yaitu antara Rp 5.000,00 hingga Rp 15.000,00. Fasilitas wisatanya juga cukup lengkap sudah terdapat tempat ibadah, lahan parkir, area free hotspot, dan sebagainya. Aksesibilitas menuju tempat ini cukup baik, hanya saja belum terdapat transportasi umum hingga lokasi ini.

Kolam di Dalam Area Taman Balekambang
 

8. Monumen Pers Nasional

Monumen Pers Nasional
Gedung Monumen Pers Nasional awalnya bernama Socitet Sasana Suka yang merupakan sebuah gedung Balai Pertemuan Kerabat Mangkunegaran yang dibangun pada tahun 1918 oleh KGPAA Sri Mangkunegaoro VII yang dirancang oleh seorang arsitek Jawa benama Mas Abu Kasan Atmodirono.

Gedung yang sarat dengan sejarah ini sangat cocok untuk wisata edukasi, sebab di tempat ini menyimpan lebih dari satu juta eksemplar sampel media cetak yang terbit dari seluruh Indonesi sejak jaman penjajahan Belanda hingga saat ini didokumentasikan, dikonservasi, dan disajikan kepada pengunjung di Monumen Pers Nasional. Beberapa jenis Koran dan majalah kuno yang cukup menarik dan tersimpan di sini antara lain Cahaya Hindia (1913), Panorama (1917), Soeloeh Ra’jat Indonesia (1932), Fikiran Ra’jat, Djawa Baroe (1944), dan Skets Masa (1966).

Koleksi Media Cetak
Selain koleksi media cetak, di Monumen Pers Nasional juga terdapat sebuah museum pers. Berbagai benda bersejarah berkait dengan pers Indonesia disimpan ditempat ini, diantaranya: Patung-Patung Perintis Pers Indonesia, Mesin Ketik milik wartawan tiga jaman milik Bakrie Suriatmadja, pakaian wartawan TVRI Hebdro Subroto yang tertembak ketika meliput Integrasi Timor Timur ke Indonesia, piagam dan buku milikTrisnoyuwono, diorama Sejarah Pers Indonesia, skema sebaran media, pemancar Radio kambing yang dipergunakan pada saat revolusi phisik (claa II tahun 1948). Terdapat pula berbagai fasilitas yang berhubungan dengan pers dan media cetak antara lain perpustakaan, media center, papan baca, dan sebagainya. Selain fasilitas yang berhubungan dengan pers dan media cetak, Monumen Pers Nasional juga dilengkapi fasilitas wisata berupa lahan parkir, toilet umum, serta tempat beribadah (musholla).
  

9. Museum Radya Pustaka
 

Obyek wisata Museum Radya Pustaka terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 275, Surakarta. Museum semula bertempat di kediaman Patih Dalem Kasunanan yaitu Patih Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV namun kemudian pada tanggal 1 Januari 1913 museum tersebut dipindah ke Loji Kadipolo yang semula milik seorang warga Belanda bernama Yohanes Buselaar yang kemudian dibeli oleh PB X pada tahun 1912.

Museum Radya Pustaka terdiri sekitar 11 ruang pamer yang didalamnya memamerkan beragai macam benda-benda kuno bersejarah milik Keraton Kasunanan Surakarta. Benda-benda tersebut antara lain koleksi wayang tradisional hingga mancanegara, koleksi arca, koleksi barang-barang keramik, koleksi keris dan tosan aji, dan beberapa barang-barang hadiah dari kerabat Kasunanan. Di museum tersebut juga dilengkapi dengan ruang perpustakaan yang menyimpan berbagai naskah kuno seperti babad Jawa ataupun kerajaan lain di Indonesia, beberapa buku karangan pujangga zaman dahulu, serta ada pula beberapa buku berbahasa asing yaitu Belanda, Perancis, dan Inggris.

Koleksi Arca di Musium Radya Pusta
Koleksi Wayang di Musium Radya Pusta
Museum Radya Pustaka berada satu kompleks dengan Taman Sriwedari. Berada di pusat kota sehingga lokasinya sangat mudah dijangkau wisatwan sebab kondisi jalan dan transportasi yang sangat baik. Fasilitas wisatanya juga cukup lengkap yaitu telah dilengkapi dengan tempat makan, lahan parkir, toilet, dan panggung hiburan yang pada hari-hari tertentu diadakan berbagai macam pertunjukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar